Sabtu, 08 Oktober 2016

Bersih Desa Kelurahan Lirboyo



Bersih Desa Kelurahan Lirboyo
Menjaga Kearifan Adiluhung Masa Lampau

Memasuki Bulan Suro di tahun 2016, banyak acara diadakan di Kediri, mulai dari wilayah Kabupaten hingga di Kota. Acara tersebut beragam, mulai dari acara Kirab Suro besar-besaran yang dilakukan Komunitas Garuda Mukha, hingga acara bersih desa sederhana yang dilakukan warga desa.


Salah satu acara Bersih Desa yang digelar di bulan Suro adalah Bersih Desa Kelurahan Lirboyo. Bersih Desa ini bukan sembarang bersih desa lho, karena dilakukan di punden kelurahan setempat dan punden tersebut merupakan sebuah Candi.

Secara administratif, lokasi Bersih Desa Kelurahan Lirboyo terletak di Jalan Siti Inggil, Lingkungan Siti Inggil, Kelurahan Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Tepatnya berada di halaman SD Negeri Lirboyo IV.  


Untuk menuju ke tempat ini, dari Alun-Alun Kota Kediri, belok ke Barat, menyeberangi Jembatan Sungai Brantas (arah ke Terminal Tamanan). Dari sini lurus saja sampai ketemu perempatan lampu merah kedua. Perempatan ini bernama Perempatan Muning. Dari sini belok ke arah Barat, lurus saja sejauh 300 meter sampai ketemu perempatan yang di sebelah kiri terdapat gapura bertuliskan Siti Inggil, masuk kurang lebih 100 meter dan sampailah di SDN Lirboyo IV. Jika menggunakan kendaraan umum, bisa naik bis atau angkot dan turun di Perempatan Muning lalu lanjut menggunakan ojek atau becak. Bisa juga menggunakan jasa OJEK WISATA KEDIRI untuk diantar hingga ke lokasi.

 

Acara Bersih Desa Kelurahan Lirboyo diadakan pada hari Kamis, 6 Oktober 2016. Menurut pengakuan panitia, sudah beberapa tahun ini acara Bersih Desa tidak dilakukan di Kelurahan Lirboyo. Tak ayal, beberapa warga sempat kebingungan. Sebenarnya, Punden yang berada di halaman SD ini mudah dikenali karena adanya pohon beringin yang besar. Di bawah pohon beringin inilah prosesi bersih desa dilakukan.


Warga Kelurahan yang sudah mendapat info sebelumnya, segera berbondong-bondong ke lokasi dengan membawa nasi tumpeng, aneka buah hingga seserahan lainnya berupa ketan, nasi besek dan nasi kotak. Aneka makanan ini kemudian diletakkan di bawah Pohon Beringin. Tak lupa, alas terpalpun segera digelar sebagai tempat duduk warga., apalagi hujan sempat mengguyur sebelum acara dimulai.

 

Jam 4 sore acara dimulai dengan diawali pertunjukan Jaranan atau Kuda Lumping. Para penari Jaranan mulai menari, disusul Penari Celeng dan Caplokan Jawa alias Barongan. Para penonton mulai berjejalan, suara pecut membahana di udara. Tak lama, satu per satu penari mulai “Ndadi” alias kesurupan. Setelah semua penari jaranan mulai ditenangkan kembali, tinggal penari Caplokan yang minta “sungkem” di lokasi pusat punden sebelum akhirnya bisa ditenangkan.


Setelah warga kumpul, acara doapun segera dimulai. Doa yang isinya meminta perlindungan Tuhan YME. Pemimpin acara tak lupa menceritakan perihal Situs atau Punden Siti Inggil yang merupakan sebuah candi dan pernah diteliti oleh dinas purbakala pada masa lampau. Beberapa pamong Kelurahan juga memberi sambutannya. Di acara ini, salah satu pusaka yang bernama Ki Kukusan juga dijamasi alias dimandikan. Pusaka ini berupa tombak dari besi dan ditutup dengan kain mori putih.


Banyak warga mengapresiasi acara ini, selain sebagai sarana memanjatkan doa, juga sebagai ajang silahturahmi antar warga. Banyak warga dari berbagai kalangan dan agama tumpek-blek di acara ini, apalagi ada hiburan Jaranan yang menyedot perhatian. Diharapkan tahun depan acara serupa juga diadakan, apalagi ini termasuk upaya “menguri-uri”  atau menjaga kearifan adiluhung yang telah ada sejak masa lampau.

Sejarah mengenai Candi Siti Inggil dan sekitarnya akan dibahas di artikel mendatang.

 
                                                        Tumpukan Batu Candi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar