Bersih Desa Kelurahan Lirboyo
Menjaga Kearifan Adiluhung Masa
Lampau
Memasuki Bulan Suro di tahun 2016, banyak acara
diadakan di Kediri, mulai dari wilayah Kabupaten hingga di Kota. Acara tersebut
beragam, mulai dari acara Kirab Suro besar-besaran yang dilakukan Komunitas Garuda
Mukha, hingga acara bersih desa sederhana yang dilakukan warga desa.
Salah satu acara Bersih Desa yang digelar di bulan
Suro adalah Bersih Desa Kelurahan Lirboyo. Bersih Desa ini bukan sembarang
bersih desa lho, karena dilakukan di punden kelurahan setempat dan punden
tersebut merupakan sebuah Candi.
Secara administratif, lokasi Bersih Desa Kelurahan
Lirboyo terletak di Jalan Siti Inggil, Lingkungan Siti Inggil, Kelurahan
Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Tepatnya berada di halaman SD Negeri
Lirboyo IV.
Untuk menuju ke tempat ini, dari Alun-Alun Kota
Kediri, belok ke Barat, menyeberangi Jembatan Sungai Brantas (arah ke Terminal
Tamanan). Dari sini lurus saja sampai ketemu perempatan lampu merah kedua.
Perempatan ini bernama Perempatan Muning. Dari sini belok ke arah Barat, lurus
saja sejauh 300 meter sampai ketemu perempatan yang di sebelah kiri terdapat
gapura bertuliskan Siti Inggil, masuk kurang lebih 100 meter dan sampailah di
SDN Lirboyo IV. Jika menggunakan kendaraan umum, bisa naik bis atau angkot dan
turun di Perempatan Muning lalu lanjut menggunakan ojek atau becak. Bisa juga
menggunakan jasa OJEK WISATA KEDIRI untuk diantar hingga ke lokasi.
Acara Bersih Desa Kelurahan Lirboyo diadakan pada
hari Kamis, 6 Oktober 2016. Menurut pengakuan panitia, sudah beberapa tahun ini
acara Bersih Desa tidak dilakukan di Kelurahan Lirboyo. Tak ayal, beberapa
warga sempat kebingungan. Sebenarnya, Punden yang berada di halaman SD ini
mudah dikenali karena adanya pohon beringin yang besar. Di bawah pohon beringin
inilah prosesi bersih desa dilakukan.
Warga Kelurahan yang sudah mendapat info sebelumnya,
segera berbondong-bondong ke lokasi dengan membawa nasi tumpeng, aneka buah
hingga seserahan lainnya berupa ketan, nasi besek dan nasi kotak. Aneka makanan
ini kemudian diletakkan di bawah Pohon Beringin. Tak lupa, alas terpalpun
segera digelar sebagai tempat duduk warga., apalagi hujan sempat mengguyur
sebelum acara dimulai.
Jam 4 sore acara dimulai dengan diawali pertunjukan
Jaranan atau Kuda Lumping. Para penari Jaranan mulai menari, disusul Penari
Celeng dan Caplokan Jawa alias Barongan. Para penonton mulai berjejalan, suara
pecut membahana di udara. Tak lama, satu per satu penari mulai “Ndadi” alias kesurupan. Setelah semua
penari jaranan mulai ditenangkan kembali, tinggal penari Caplokan yang minta “sungkem” di lokasi pusat punden sebelum
akhirnya bisa ditenangkan.
Setelah warga kumpul, acara doapun segera dimulai.
Doa yang isinya meminta perlindungan Tuhan YME. Pemimpin acara tak lupa menceritakan
perihal Situs atau Punden Siti Inggil yang merupakan sebuah candi dan pernah
diteliti oleh dinas purbakala pada masa lampau. Beberapa pamong Kelurahan juga memberi
sambutannya. Di acara ini, salah satu pusaka yang bernama Ki Kukusan juga
dijamasi alias dimandikan. Pusaka ini berupa tombak dari besi dan ditutup
dengan kain mori putih.
Banyak warga mengapresiasi acara ini, selain sebagai
sarana memanjatkan doa, juga sebagai ajang silahturahmi antar warga. Banyak
warga dari berbagai kalangan dan agama tumpek-blek
di acara ini, apalagi ada hiburan Jaranan yang menyedot perhatian. Diharapkan
tahun depan acara serupa juga diadakan, apalagi ini termasuk upaya “menguri-uri” atau menjaga kearifan adiluhung yang telah ada
sejak masa lampau.
Sejarah mengenai Candi Siti Inggil dan sekitarnya
akan dibahas di artikel mendatang.
Tumpukan
Batu Candi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar